Selebgram China Serbu Supermarket Demi Foto ‘California Vibes’ Seorang gadis mengenakan jaket varsity berwarna hijau duduk di atas kereta belanja di tempat parkir yang kosong; sekelompok gadis lainnya yang berkacamata memegang pizza dan minuman bersoda; gadis lain bertopi bisbol berpose di halaman rumput saat senja.
Foto-foto ini, yang sedang tren di media sosial China, semuanya memiliki satu kesamaan — logo ‘Costco Wholesale’ besar yang ditampilkan secara mencolok di latar belakang, seringkali dengan latar langit biru tua.
Supermarket asal Amerika, yang membuka toko China pertamanya di Shanghai pada tahun 2019, telah menjadi destinasi wisata Instagramable di China.
Tapi bukan barang-barang grosir yang didiskon yang menarik kedatangan anak-anak muda; sebaliknya mereka tertarik pada apa yang mereka anggap sebagai “California vibes (suasana California)”.
Meski demikian, beberapa selebgram China telah menemukan cara kreatif untuk menghadirkan pemandangan yang “mirip California” ke media sosial mereka — dengan mengambil gambar di tempat-tempat seperti toko Costco Shanghai.
Di Xiaohongshu, aplikasi mode dan gaya hidup yang sering disebut sebagai Instagram China, pengguna berbagi tips tentang cara berpose untuk foto di depan toko sehingga terlihat seperti di Los Angeles.
Petunjuknya termasuk mengenakan pakaian kasual yang cerah, membawa pizza dan cola, dan mengambil foto di sore hari, ketika warna tampak lebih hangat.
Sebagian besar pengguna terbuka tentang fakta bahwa mereka tidak benar-benar di LA dan hanya berpose untuk bersenang-senang — dengan frasa seperti “Berpura-pura berada di LA” sering dikutip dalam unggahan mereka.
Tagar era pandemi populer lainnya termasuk “Berpura-pura berada di Paris” dan “Berpura-pura berada di Tokyo,” dengan pengguna berpose di jalanan yang mirip kota-kota luar negeri, kafe, sampai kebun teh.
Bagi banyak influencer, ini hanyalah cara lain yang menyenangkan untuk menghidupkan media sosial mereka. Namun unggahan tersebut juga merupakan pengingat yang menyakitkan dan jelas, tentang berapa lama China telah tertutup dari dunia.
Sebelum pandemi melanda, perjalanan ke luar negeri telah menjadi bagian umum dari kehidupan kelas menengah China yang sedang tumbuh.
Pada 2019, wisatawan China daratan melakukan 155 juta perjalanan, dengan Makau, Hong Kong, Vietnam, Thailand, Jepang, Korea Selatan, Myanmar, dan Amerika Serikat menjadi tujuan utama.
Pada puncak pandemi, perjalanan global terhenti, dengan negara-negara bergegas menutup perbatasan dan membatalkan penerbangan internasional.
Sekarang, semakin banyak negara yang membuka diri dan belajar untuk hidup dengan virus setelah meluncurkan vaksinasi massal.
Tetapi China masih menjaga perbatasannya tertutup rapat dan menggandakan kebijakan nol-Covid – dengan tujuan untuk sepenuhnya membasmi virus dari dalam negeri.
Dengan perjalanan ke luar negeri tidak lagi layak, otoritas China telah mempromosikan pariwisata domestik sebagai alternatif.
Ukuran China yang luas dan keragaman yang kaya telah memainkan keuntungannya, tetapi masih harus dilihat berapa lama lagi warga China akan puas dengan ditutup dari LA, Paris, atau Tokyo yang sebenarnya.
Dan dengan varian Delta yang sangat menular, bahkan perjalanan domestik pun bisa berisiko.
Wabah terbaru China, yang telah menginfeksi lebih dari 300 orang di 12 provinsi, terkait dengan selusin kelompok wisata, menurut otoritas kesehatan.
Agen perjalanan juga dilarang menyelenggarakan tur lintas provinsi di daerah dengan jumlah kasus tinggi.
Di barat laut negara itu, ratusan turis domestik terjebak di Mongolia Dalam dan Gansu selama berhari-hari ketika pihak berwenang memberlakukan penguncian ketat untuk mengekang penyebaran virus.
Di Ejin Banner, sebuah wilayah di Mongolia Dalam, dewan pariwisata setempat meminta maaf dengan menawarkan turis yang terjebak masuk gratis ke tiga atraksi populer, yang dapat ditukarkan dalam waktu tiga tahun.
Tetapi apakah mereka akan bersedia untuk kembali adalah cerita lain.
Selebgram China Serbu Supermarket Demi Foto California Vibes
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/