Orang Tua Sebagai Teladan Anak, Pentingnya Memberi Contoh Baik, anak-anak adalah peniru ulung. Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk memberikan contoh teladan yang baik untuk anak.
Anak-anak melihat orang dewasa sebagai sosok role model yang menjadi teladan. Inilah merupakan celah untuk mendidik mereka menjadi sesuai harapan, yaitu dengan memberikan contoh nyata.
Orang Tua Sebagai Teladan Anak, Pentingnya Memberi Contoh Baik
Orang tua adalah sekolah pertama dan utama bagi putra-putri nya, Keluarga adalah poros penting dalam proses pembentukan kepribadian seorang anak
Keteladanan orang tua adalah bagaimana cara orang tua memberikan contoh yang benar kepada putra putri anggota keluarganya mengenai cara berbicara, bersikap, berfikir dan berupaya yang baik dan benar dalam keluarga dan kebiasaan sehari-hari.
Ada 3 komponen penting pada kalimat “keteladanan orang tua dalam keluarga”, yaitu:
- Keteladanan, yaitu bagaimana kita memberi contoh yang benar dalam berbicara, benar dalam bersikap, benar dalam berfikir dan benar dalam berupaya.
- orang tua, yaitu sebagai pemegang titipan Allah SWT, atas anak yang telah dianugrahkan untuk dipelihara, di didik dan dipenuhi haknya sebagai seorang anak.
- Keluarga sebagai organisasi terkecil dalam kehidupan seseorang dan memiliki peran penting dalam kebiasaan, pendidikan dan pembentukan karakter seseorang.
Sejauh ini, tidak ada ukuran pasti tentang benar atau salah dalam mendidik anak, setiap orang tua pasti memiliki caranya masing-masing.
Namun, sebelum menentukan, orangtua perlu mengetahui besarnya peran sebagai orang tua dalam mendidik anak, seperti memberikan stimulasi yang baik agar tumbuh kembang anak berjalan optimal, membentuk kebiasaan baik, menyediakan nutrisi seimbang yang berdampak pada sistem imun anak, dan mengetahui bagaimana cara melakukan hal-hal tersebut.
Kunci pembentukan karakter anak dengan memberi contoh. Ini sudah bukan rahasia. Sekarang, pilihan ada pada orangtua. Ingin anak meniru kebiasaan baik atau buruk? Berikut beberapa panduannya menurut Social Learning Theory:
- Hindari tanpa sadar berperilaku buruk
Kerap kali orangtua bisa berperilaku buruk tanpa disadari. Contohnya mengurangi usia anak dengan sengaja ketika ditanya petugas restoran. Tujuannya agar tidak perlu membayar full price. Dari situ, anak akan berpikir bahwa tidak apa-apa berbohong untuk mendapatkan apa yang diinginkan.Bukan hanya kebohongan kecil semacam itu. Perbedaan sikap dan apa yang dinasihatkan kepada anak juga bisa menjadi bumerang. Ada orangtua yang meminta anaknya memperlakukan orang lain dengan respek. Padahal, di depan anak-anak pula orangtua membicarakan hal buruk tentang orang.Kontradiksi ini bisa membuat anak bingung dan pada akhirnya meniru perilaku buruk orangtua. Ingat, mereka adalah peniru ulung yang menyerap apa yang ada di depannya dengan cepat. - Komitmen terhadap aturan
Meski mustahil menaatinya 24 jam, setidaknya buatlah aturan untuk hal-hal esensial di rumah. Dengan demikian, anak akan tahu bahwa peraturan memang ada untuk diikuti. Setelah sepakat, tunjukkan contoh bagaimana menaati peraturan.Bukan sekadar meminta anak menurut saja, tapi jelaskan mengapa kedisiplinan semacam itu penting menjadi bekal hingga mereka dewasa kelak. Apabila orangtua menunjukkan komitmennya terhadap aturan yang ada, strategi mendisiplinkan anak akan jadi semakin efektif. - Jelaskan ketika white lies diperlukan
Ada pula kondisi ketika orangtua terpaksa berbohong demi menjaga perasaan orang lain. Apabila anak melihat hal ini, bisa saja mereka merasa bingung mengapa berbohong menjadi diperbolehkan? Segera jelaskan kepada anak-anak tentang apa alasannya.Contoh sederhana ketika ada saudara atau tetangga mengirimkan makanan, namun rasanya tidak enak. Namun, Anda terpaksa berkata sebaliknya agar tidak menyakiti hati mereka. Ketika ini terjadi, sampaikan kepada anak bahwa Anda terpaksa melakukannya karena pertimbangan tertentu.Terbukalah kepada anak bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat fleksibel. Sampaikan juga bahwa ketika anak bingung kapan harus berbohong demi menjaga perasaan dan kapan harus jujur, Anda bisa membantunya. - Gaya hidup sehat
Jangan lupa sejak dini beri contoh gaya hidup sehat dengan membatasi konsumsi junk food serta memperbanyak konsumsi buah dan sayur. Tentu bukan berarti melarang segala jenis makanan karena anak masih berada di tahap mencoba.Hanya saja, setiap kali berkenalan dengan jenis makanan baru, sampaikan apa yang membuatnya bergizi. Begitu pula sebaliknya. Anak perlu memahami mengapa ada makanan yang disebut baik dan tidak. - Menyiasati teknologi
Orangtua tentu punya aturan berapa lama screen time yang diperbolehkan untuk anak-anak. Ini sah-sah saja, namun jangan hanya satu arah. Lihat pula seberapa lama Anda berada di depan layar setiap harinya. Mulai dari di depan ponsel, di depan komputer untuk bekerja, dan seterusnya.Meskipun apa yang Anda lakukan di depan layar adalah untuk bekerja secara produktif, anak akan tetap menganggapnya sebagai contoh. Jadi, mulailah dari diri sendiri sebelum memberlakukan aturan untuk anak-anak. - Asah kemampuan sosial dan emosional
Anak juga perlu tahu bagaimana mengasah kemampuan sosial dan emosional mereka. Tunjukkan cara menyapa orang, bertanya, dan berbicara dengan orang lain dengan sopan. Beri tahu anak apa yang harus dilakukan ketika berkenalan dengan orang baru atau mengajak orang lain bergabung.Tak kalah penting, tunjukkan pula bagaimana validasi dan mengelola emosi, mulai dari bahagia hingga frustrasi. Tanamkan bahwa membicarakan emosi yang tengah dirasakan bukan hal yang tabu. - Tak mengapa berbuat salah
Melakukan kesalahan sangatlah manusiawi. Justru, terkadang itu bisa menjadi momentum untuk menyampaikan kepada anak bahwa hidup bisa berjalan tidak sesuai ekspektasi. Dari situ, ajak anak berdiskusi apa harapan terhadap hal serupa di kemudian hari.Di sini pula pentingnya orangtua mengelola emosinya dengan tidak bereaksi meledak-ledak. Mereka akan melihat bahwa menangani konflik juga bisa dilakukan dengan tenang, menjadi teladan yang sangat baik.
Anak adalah mereka (laki-laki atau perempuan) yang belum dewasa atau belum mengalami pubertas, dan sedang menjalani suatu proses perkembangan sangat pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.
Anak-anak memiliki karakteristik yang tidak sama dengan orang dewasa, misalnya saja bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang besar, penuh fantasi, daya konsentrasi yang cenderung pendek, peniru ulung, dan mereka adalah sosok pembelajar paling potensial.
Dengan mengenali beberapa karakter khas tersebut, diharapkan orang tua dapat lebih memahami dunia anak-anak mereka sehingga nantinya dapat menerapkan pola asuh yang memadai.
Menurut penelitian, terdapat hubungan langsung antara perkembangan kemampuan sosial dan emosional anak yang optimal dengan keberhasilan secara akademis.
Seorang anak yang memiliki hubungan baik dengan orang tua, keluarga, pengasuh, maupun guru dapat bekerja sama dan bergaul dengan lebih baik.
Hal ini juga membuat sang anak menjadi lebih percaya diri atas kemampuannya untuk mempelajari hal baru. Kemampuan sosial dan emosional dipengaruhi oleh pengalaman yang dialami selama hidup, genetik, dan temperamen. Sehingga, sebagai panutan pertama anak, Orang tua perlu memberikan contoh yang positif.
Perkembangan emosi pada anak dimulai sejak dini. Jika anak mendapatkan pendidikan yang tak sesuai, tentu akan berpengaruh terhadap masa depan anak. Karena itu, orangtua berperan untuk membantu anak mengelola emosi.
Kasih sayang orangtua akan berpengaruh terhadap kondisi emosional anak. Tunjukkanlah kasih sayang orangtua kepada anak. Dengan demikian, anak akan tumbuh menjadi individu dengan emosional yang baik.
Referensi:
- https://www.sehatq.com
- https://aceh.kemenag.go.id
- https://grhasia.jogjaprov.go.id